Pioderma - Impetigo Bulosa, Impetigo Non Bulosa, Ektima, Folikulitis, Furunkel, Karbunkel

PIODERMA

 

Pioderma adalah penyakit kulit (epidermis, dermis dan subkutis) yang bersifat piogenik (bernanah) yang disebabkan oleh infeksi bakteri piogenik misalnya Streptococcus aureus dan Staphylococcus group A beta hemoliticus.

 

Klasifikasi

Berdasarkan rute infeksi:

  • Pioderma primer, yaitu pioderma pada kulit yang sebelumnya sehat
  • Pioderma sekunder, yaitu pioderma yang menyertai penyakit kulit lainnya, misalnya pioderma pada pasien dermatitis. Tampilan klinis pada pioderma golongan ini umumnya tidak lagi khas.

 

Berdasarkan lapisan kulit yang terinfeksi:

Pioderma Superfisialis

  • Impetigo. Impetigo merupakan infeksi kulit pada epidermis. Impetigo dibagi menjadi dua, yaitu impetigo bulosa dan impetigo krustosa.
  • Folikulitis. Folikulitis merupakan inflamasi pada folikel rambut yang dapat bersifat superfisial maupun profundal.
  • Furunkel. Furunkel merupakan peradangan pada area sekitar folikel yang meluas hingga jaringan subkutan.
  • Karbunkel. Karbunkel adalah kumpulan furunkel dalam satu area.
  • Furunkulosis. Adanya lebih dari satu furunkel pada pasien.
  • Ektima. Ektima adalah infeksi hingga dermis sehingga menimbulkan ulkus tepi meninggi superfisial disertai krusta.

 

Pioderma Profundal

  • Erisipelas. Erisipelas merupakan infeksi pada lapisan dermis yang umumnya disertai keterlibatan aliran getah bening. Definisi erisipelas ini tidak universal dan berbeda di berbagai tempat. Ada sentra pendidikan yang mendefinisikan erisipelas sebagai selulitis pada wajah. Di beberapa negara Eropa, erisipelas dan selulitis bahkan dianggap sebagai dua entitas yang sama.
  • Selulitis. Selulitis adalah infeksi kulit yang mirip dengan erisipelas, namun sudah melibatkan jaringan subkutan.
  • Flegmon. Flegmon adalah terminologi untuk selulitis yang telah mengalami supurasi.
  • Hidraadenitis. Hidraadenitis adalah infeksi yang melibatkan kelenjar apokrin.
  • Ulkus piogenik
  • Abses kelenjar keringat

 

 

 

IMPETIGO BULOSA / CACAR MONYET / LEPUH DI KULIT (30% kasus)

IMPETIGO NON BULOSA / KRUSTOSA / KONTAGIOSA (70% kasus)

EKTIMA / BOROK

Definisi

Impetigo bulosa dimulai sebagai vesikel yang membesar membentuk bula lembek dengan cairan kuning bening berdiameter hingga 2 cm, yang kemudian menjadi lebih gelap dan lebih keruh. Lalu bula pecah menjadi bula kolaret, terbentuk krusta coklat tipis dengan dasar eritematosa, mengkilap, dan basah. Lesi biasanya terdapat lebih sedikit dibandingkan pada impetigo non bulosa. Lesi biasanya lebih sering mengenai batang tubuh. Impetigo bulosa paling umum terjadi pada anak-anak berusia 2-6 tahun.

Impetigo non bulosa dimulai sebagai lesi papula yang berkembang menjadi vesikel yang dikelilingi oleh eritema. Selanjutnya vesikel menjadi pustula yang membesar dan cepat rusak lalu membentuk krusta yang tebal dan melekat dengan ciri khas gambaran keemasan / seperti madu; perubahan ini biasanya terjadi selama kurang lebih 1 minggu. Jika krusta dilepas akan terlihat erosi di bawahnya. Lesi biasanya mengenai wajah dan ekstremitas.

Ektima adalah bentuk ulseratif impetigo dimana lesi meluas menimbulkan ulkus superfisial sampai ke dermis disertai krusta. Ulkus ini memiliki tepi yang meninggi (punched-out ulcer) yang ditutupi krusta tebal berwarna kuning kehijauan. Lokasi utama adalah tempat yang sering mendapat trauma, misalnya ekstremitas bawah dan atas.

 

Etiologi

Patogen : infeksi kulit akibat bakteri superfisial

·       Staphylococcus aureus : 80% kasus

o   Menyebabkan impetigo bulosa dan impetigo nonbullous

o   Strain S. aureus yang menghasilkan toksin eksfoliatif A dan B bertanggung jawab atas impetigo bulosa.

·       Streptococcus pyogenes (GAS): ~10 % dari kasus: hanya menyebabkan impetigo nonbullous

·       Koinfeksi S. aureus dan GAS : 10 % kasus

Faktor predisposisi

·       Iklim yang hangat dan lembab

·       Kondisi hidup yang penuh sesak dan tidak sehat

·       Kebersihan pribadi yang buruk

·       Kondisi medis

o   Dermatitis atopik dan kondisi kulit lainnya

o   Diabetes mellitus

o   Defisiensi imun (misalnya HIV, transplantasi pasca organ, kortikosteroid sistemik)

Gejala / px fisik

Lesi UKK

         Vesikel yang tumbuh membentuk bula besar dan lembek dengan isi bula mula-mula jernih, kemudian keruh yang dapat tahan 2-3 hari, kemudian pecah dan membentuk krusta cokelat tipis yang tepinya meluas dan tengahnya menyembuh, sehingga tampak gambaran lesi sirsiner.

         Tanda Nikolsky positif (traksi lateral menyebabkan pengelupasan kulit)

 

Pola distribusi / predileksi

         Batang tubuh dan ekstremitas atas

         Muka dan bagian tubuh lainnya termasuk telapak tangan dan telapak kaki, mukosa membrane dapat terkena.

 

Temuan lain: Tanda-tanda sistemik (misalnya demam, malaise, kelemahan) pada kasus yang parah

Lesi UKK

         Papula, yang berubah menjadi vesikel kecil yang dikelilingi oleh eritema dan pustul

         Vesikel dan pustula bisa pecah, jika mengering membentuk krusta berwarna madu yang sembuh tanpa jaringan parut. Jika krusta dilepas tampak erosi di bawahnya.

         Disertai pruritus (terutama pada pustula)

         Tanda Nikolsky negatif

 

Pola distribusi / predileksi

         Wajah (paling umum), terutama di sekitar hidung dan mulut

         Ekstremitas (kecuali telapak tangan dan kaki)

 

Temuan lain: Limfadenopati regional, tanpa tanda sistemik

Bula atau pustula kecil pada dasar eritematosa, jika pecah keluar eksudat lalu menjadi krusta tebal berwarna kuning yang bertambah besar dengan dasar indurasi. Biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Jika krusta diangkat ternyata sangat lekat dan tampak ulkus yang dangkal.

 

Pola distribusi / predileksi

·       Tungkai bawah (paling sering terkena)

·       Bokong

·       Paha

Px penunjang

Bila diperlukan dapat memeriksa isi bula dengan swab lalu dilakukan pengecatan gram untuk mencari Staphylococcus - Streptococcus

Tatalaksana

Prinsip tatalaksana:

Lesi terlokalisasi

·       Bersihkan kulit, hilangkan krusta, gunakan disinfektan

·       Gunakan antibiotik topikal 2x/hari pada kulit yang terinfeksi selama 1 minggu

 

Lesi luas, bulosa, dan terdapat limfadenopati (kasus berat)

·       Gunakan terapi seperti lesi terlokalisasi ditambah antibiotik sistemik (flucloxacillin, cloxacillin)

 

Pengobatan topikal

·       Oleskan antibiotik topikal 2x/hari selama 5-7 hari pada kulit yang terkena, antibiotik topikal yang paling efektif contohnya mupirocin, asam fusidic, retapamulin dan 2% krim clindamycin.

·       Drainage: bula dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah penyebaran lokal.

·       Bilas dengan larutan sodium kloride 0.9%, chlorhexidine, atau povidone-iodine

·       Impetigo bulosa à Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2%.

·       Impetigo krustosa à Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik. Kalau banyak diberi pula antibiotik sistemik

 

Pengobatan sistemik

Jika impetigo luas, misalnya terdapat komponen bulosa atau limfadenopati maka berikan antibiotik sistemik selama 7-10 hari. Pilihan antibiotik akan tergantung pada pola resistensi lokal dan hipersensitibilitas antibiotik pasien yang diketahui.

Ø  Antibiotik lini pertama misalnya flukoxacillin (dicloxacillin), cephalexin, co-amoxiclav, cloxacillin dan clindamycin.

Ø  Antibiotik lini kedua misalnya makrolida seperti eritromisin dan klaritromisin (resistensi makrolida bisa sangat tinggi) dan cotrimoxazole.

Ø  Antibiotik lini ketiga misalnya trimethoprim dan tetrasiklin.

 

Antibiotik dan dosis:

·       Amoksisilin dengan asam klavulanat

Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg

Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari

·       Kloksasilin (Untuk Staphylococci yang kebal Penisilin)

dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.

anak-anak: 10-25 mg/kg/dosis 4 kali/hari a.c.

·       Dikloksasilin (Untuk Staphylococci yang kebal Penisilin)

dosis: 125-250 mg/dosis, 3-4 kali/hari a.c.

anak-anak: 5-15 mg/kg/dosis, 3-4 kali /hari a.c.

·       Fenoksimetil penisilin (penisilin V)

dosis: 250-500 mg, 4 kali/hari a.c.

anak-anak: 7,5-12,5 mgg/dosis, 4 kali/hari a.c.

·       Eritromisin

dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari p.c.

anak-anak: 12,5-50 mg/kg/dosis, 4 kali/hari p.c.

·       Klindamisin

dosis: 150-300mg/dosis,3-4kali/hari

anak-anak lebih 1 bulan: 8-20 mg/kg/hari, 3-4 kali/hari

 

Jaga kebersihan

·       Mandi teratur dengan sabun mandi

·       Pakaian, handuk, sprei sering ganti dan dicuci air panas dan dipakai sendiri.

 

Prognosis

Impetigo biasanya bersifat selflimiting dan dapat sembuh dalam beberapa hari­-minggu dengan penggunaan pembersih topikal dan antibiotik yang tepat. Penyakit ini dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.

 

 


 

 

 

FOLIKULITIS, FURUNKEL

KARBUNKEL

Definisi

·       Folikulitis à inflamasi pada 1 folikel rambut dengan bahan purulen di epidermis akibat infeksi bakteri superfisial (hanya di epidermis)

·       Furunkel / bisul à radang folikel rambut dan jaringan sekitarnya dengan ujud kelainan kulit nodul inflamasi supuratif, berbatas tegas, dan nyeri (mencapai dermis). Furunkel umum terjadi pada remaja mendekati pubertas.

·       Furunkulosis à radang folikel rambut dan jaringan di sekitarnya bersifat multipel

·       Kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak. Biasanya terjadi pada usia paruh baya dan tua.

Etiologi

Staphylococcus aureus

 

Predisposisi

·       DM

·       Tertular lewat pakaian

·       Malnutrisi

·       HIV

Staphylococcus aureus

 

Predisposisi

·       DM

·       Malnutrisi

·       Gagal jantung,

·       Obesitas

·       Dalam terapi steroid berkepanjangan

Etiologi

Staphylococcus aureus.

Gejala / px fisik

Gejala

·       Mula-mula nodul kecil yang mengalami peradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggalkan sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu.

·       Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung dan lubang telinga luar.

·       Gejala sistemik : panas badan, malaise, mual

·       Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuhan.

 

Lesi UKK

·       Nodul eritematosa berbentuk kerucut, di tengah terdapat pustul, nyeri. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel.

 

Pola distribusi / predileksi

Furunkel dapat terjadi di lokasi mana pun yang berisi folikel rambut, lesi dapat meluas ke dermis dan jaringan subkutan terutama di daerah yang mengalami gesekan dan maserasi:

·       Wajah

·       Leher

·       Ketiak

·       Selangkangan

·       Paha

·       Bokong

Gejala

·       Pada permulaan infeksi terasa sangat nyeri dan tampak benjolan merah, permukaan halus, bentuk seperti kubah dan lunak.

·       Beberapa hari ukuran membesar 3-10 cm.

·       Supurasi terjadi setelah 5-7 hari dan pus keluar dari banyak lubang fistel.

·       Setelah nekrosis tampak nodula yang menggaung atau Iuka yang dalam dengan dasar yang purulen.

·       Pada kasus parah terjadi demam tinggi dan malaise

 

Pola distribusi / predileksi

·       Leher

·       Punggung

·       Paha

 

Px penunjang

Manifestasi klinis dikonfirmasi oleh pewarnaan Gram dan kultur.

Tatalaksana

Profilaksis

Memperbaiki kondisi predisposisi yang mendasari. Dengan cara mencuci dengan sabun antibakteri atau preparat benzoil peroksida atau gel isopropil / etanol.

 

Obat topikal

·       Bila lesi masih basah/kotor dikompres dengan solusio sodium khloride 0,9%.

·       Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat atau framisitin sulfat dengan kasa steril.

 

Obat sistemik

Antibiotika umumnya diberikan 7-10 hari

a.     Penisilina dan semisintetiknya (pilih salah satu):

·       Penisilin g prokain injeksi

Dosis: 0,6-1,2 juta 1.u. I.m., 1-2 kali/hari

Anak-anak: 25.000-50.000 i.u./kg/dosis, 1-2 kali/hari.

·       Ampisilin

Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.

Anak-anak: 7,5-25 mg/kg/dosis, 4 kali/hari a.c.

·       Amoksilin, penulisan resep harus diparaf stat medik

Dosis: 250-500 mg/dosis, 3 kali/hari a.c.

Anak-anak: 7,5-25 mg/kg/dosis, 3 kali/hari a.c.

·       Kloksasilin (untuk staphylococci yang kebal penisilin)

Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.

Anak-anak: 1 0-25 mg/kg/dosis, 4 kali/hari a.c.

·       Dikloksasilin (untuk staphylococci yang kebal penisilin)

Dosis: 1 25-250 mg/dosis, 3-4 kali/hari a.c.

Anak-anak: 5-15 mg/kgldosis, 3-4 kali/hari a.c.

·       Fenoksimetil penisilin (penisilin v)

Dosis:250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.

Anak-anak: 7,5-12,5 mg/kg/dosis, 4 kali/hari a.c.

b.     Eritromisin

Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari p.c.

anak-anak: 12,5-25 mg/kg/dosis, 4 kali/hari p.c.

c.     Klindamisin

Dosis: 150-300 mg/dosis,3-4 kali/hari

anak-anak lebih 1 bulan: 8-20 mg/kg/hari, 3-4 kali/hari

d.     Pengobatan penyakit dasarnya misalkan Diabetes Mellitus.

e.     Tindakan

lnsisi bila telah supurasi.

 

 

Gambar

Impetigo Bulosa





Impetigo Non Bulosa



Ektima




Folikulitis

Pustula soliter dengan eritema di sekitarnya terlihat di tengah gambar. Kasus lain, sehelai rambut bisa terlihat di tengah lesi.


Furunkel

Terlihat lesi purulen soliter yang dikelilingi oleh eritematosa dan edematosa.


Karbunkel



Referensi:

1.     Buku Panduan Praktik Klinis Primer http://bit.ly/2wc4afe

2.     Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR https://kupdf.net/download/atlas-penyakit-kulit-amp-kelamin-unairpdf_5af68f7ee2b6f5533deed13f_pdf

3.     Ilmu Penyakit Kulit FKUI Edisi 7

4.     Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, Eighth Edition, 2 Volume set (2012, McGraw-Hill Professional)

5.     Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (2017, McGraw-Hill)

6.     Rook’s Textbook of Dermatology. 1-4-Wiley-Blackwell (2016)

7.     http://dx.doi.org/10.1590/abd1806-4841.20142283

 

 

Kontributor:

Naufal

Posting Komentar

0 Komentar